Selasa, 05 Februari 2008

FAKTA DIBALIK G30S PKI

Terilhami dari tulisan Jarar Siahaan di BatakNews yang berjudul “Pantaskah Soeharto Diampuni”, dan dari peringatan 9 tahun turunnya Rezim Soeharto, aku coba manuangkan apa yang aku ketahui lalu simpulkan berdasarkan fakta dari kejadian yang terjadi 42 tahun silam di Jakarta, tepatnya tentang peristiwa pemberontakan G 30 S/PKI. Mudah-mudahan apa yang aku tulis ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai kejadian yang sebenarnya. Perlu aku tegaskan sekali lagi ini adalah versiku, tanpa mengurangi rasa hormat terhadap versi lain yang lebih benar.
Ada seorang ahli sejarah yang sempat meneliti tentang kejadian yang menimpa bangsa kita di tahun 1965, mengatakan bahwa di tahun 1965, di Indonesia hanya ada satu Jendral dan dia adalah Mayjen TNI Soeharto. Menurutku ahli sejarah itu juga termakan image yang sengaja dibuat Soeharto bahwa dia adalah orang yang paling berjasa atas dibubarkannya Partai yang kini dianggap sebagai partai terlarang di negeri kita.
Soeharto adalah seorang prajurit TNI berpangkat cukup tinggi dan juga memegang salah satu jabatan penting dalam jajaran TNI sebagai Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad). Pada masa kepemimpinan Ir. Soekarno, Soeharto adalah seorang perwira tinggi yang tidak terlalu diperhitungkan. Itu juga menjadi penyebab tidak terteranya nama Soeharto dalam daftar 7 jendral yang menjadi target pembunuhan dalam pemberontakan PKI.

7 Jendral yang menjadi target operasi PKI (Baris pertama kiri-kanan) Jendral TNI Anumerta Ahmad Yani, Letjen TNI Anumerta MT Haryono, Letjen TNI Anumerta S Parman, Letjen TNI Anumerta Suprapto. (Baris kedua Kiri-kanan) Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo, Mayjen TNI Anumerta DI Panjaitan, Kapten Czi Anumerta Pierre Tendean
Apa mungkin Soekarno lupa pada jasa Soeharto yang menjadi arsitek Serangan Umum 1 Maret atas Kota Yogya yang berhasil menguasai Kota Yogya selama 6 jam yang kala itu dikuasai oleh Belanda? Ataukah Soekarno mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi.
Pada tahun 1965 tepatnya pada tanggal 30 September 1965, sebuah pemberontakan terjadi atas keutuhan Pancasila (itu kata rezim Orde Baru) namun berhasil ditumpas sampai ke akar-akarnya oleh seorang perwira tinggi bernama Soeharto. Sebuah cerita isapan jempol.
Kisah Sebenarnya
Ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar, ada sebuah film yang wajib ditonton oleh semua siswa sekolah dasar di suluruh tanah air. Film itu adalah “Pemberontakan G 30 S PKI”. Aku juga sebagai salah seorang siswa SD ikut menonton film tersebut. Hal ini sangat aku sesali sekarang karena ternyata film itu tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi. Fakta telah diputarbalikkan oleh seorang yang juga diperankan dalam film tersebut.
Kalau anda sempat menonton film tersebut dan mendengar kata “Resolusi Dewan Jendral” yang sempat beberapa kali disebutkan dalam film tersebut, hal itu benar adanya. Resolusi Dewan Jendral memang ada. Beberapa orang Jendral pada saat itu sedang merencanakan untuk menggulingkan kekuasaan Soekarno dan mengambil alih kekuasaan.
Para pemimpin PKI kala itu cukup resah dengan adanya isu tentang resolusi Dewan Jendral. Mereka khawatir jika para jendral berhasil, maka posisi mereka berada di ujung tanduk. Untuk itu mereka harus bergerak cepat, berpacu dengan waktu untuk menumpas para jendral yang terlibat dalam Resolusi Dewan Jendral, sebelum para jedral mendahuluinya.
Rakyat yang kala itu masih bodoh dicekoki dengan pernyataan-pernyataan pedas tentang seberapa menyeramkan dan menyakitkannya sebuah pemberontakan. PKI terus menyebarkan doktrin bahwa pemberontakan itu identik dengan kekejaman. Rakyat akan semakin terkepung dalam kesengsaraan. Doktrin yang dilontarkan PKI itu terhadap rakyat itu pada akhirnya berhasil membakar darah rakyat yang kala itu tengah dirundung duka yang mendalam dan berkepanjangan akibat dari ketidak stabilan perekonomian di sebuah negara yang masih muda ini. Akhirnya PKI mendapat restu dari rakyat yang telah didoktrinnya untuk menumpas para jendral yang terlibat dalam Resolusi Dewan Jendral.
PKI sendiri mempunyai kepentingan dalam penumpasan ini. PKI adalah pendukung terkuat Soekarno, dan Soekarno adalah pendukung terkuat PKI demi sebuah image bagi dunia internasional bahwa Indonesia tidak mudah dimasuki pengaruh Amerika Serikat. Memang Sokarno lebih menyukai politik sosialis demokratik seperti yang diajarkan Uni Soviet kepada dunia kala itu yaitu pemerataan.
Karena PKI takut kehilangan dukungan dari presiden, maka PKI harus secepatnya menumpas Dewan Jendral sebelum Dewan Jendral menggulingkan Soekarno. Maka direncanakanlah sebuah aksi untuk menumpas Dewan Jendral. Akhirnya para pemimpin PKI sepakat tanggal yang tepat untuk melakukan aksi adalah pada tanggal 30 September. >
Para pimimpin PKI melakukan rapat tentang aksi yang bakal mereka lakukan. Sedikitpun mereka tidak menyinggung nama Soeharto karena memang Soeharto kala itu bukan siapa-siapa. Dia tidak lain hanyalah seorang prajurit TNI berpangkat tinggi yang tidak diperhitungkan dan tidak penting sama sekali.
Disisi lain, Soeharto sendiri juga mengetahui tentang adanya resolusi Dewan Jendral dan mengetahui bahwa PKI akan melancarkan aksi untuk menumpasnya. Namun dia hanya diam. Soeharto juga memiliki kepentingan jika PKI berhasil. Kepentingan Soeharto sebenarnya adalah agar dia mulai dianggap penting dan kembali diperhitungkan di kancah percaturan negeri ini sehingga dia bisa mendapat jabatan yang lebih penting dari jabatan yang dia pegang saat itu. Dia biarkan PKI melakukan aksinya dengan membunuh para perwira tinggi TNI yang memang memegang jabatan penting di negara. Dengan demikian akan semakin berkurang saingan bagi Soeharto untuk meraih jabatan yang lebih tinggi dan lebih penting dari sekedar panglima Kostrad.
Tanggal 30 September pukul 4 pagi, diculiklah 7 jendral yang menjadi target operasi PKI. Mereka dibawa ke lubang buaya dan diserahkan kepada masa pendukung PKI yang telah berkumpul di sana sejak sore hari tanggal 29 September untuk diadili dengan cara mereka. Massa dibebaskan melakukan apa saja sesuka hati mereka kepada para jendral yang akan menambah kesengsaraan bagi rakyat tersebut. Massa yang berkumpul di lubang buaya berpesta pora sebelum akhirnya menyiksa hingga mati para jendral tersebut. (bersambung)







• Yang perlu dipertanyakan adalah:
1. Tempat latihan Angkatan Perang Ke 5 ada di Lubang buaya berbatasan dengan tanah AURI, dan tanah tersebut digunakan oleh salah satu institusi militer (bukan AURI) ADRI dan tanah itulah yang diambil alih untuk pembangunan TMII dan MABES TNI Cilangkap.
2. Dari buku log radiogram militer (saat itu semua berita melalui radiogram/kawat yang harus melalui pusat komunikasi AURI di Halim) tercatat pada tanggal 10 Maret Laksamana Rekso Samudero dipanggil ke Istana Bogor pada pagi hari. Namun Radiogram berikutnya menyatakan bahwa Laksamana Rekso Samudero tidak tiba di Bogor. Direncanakan Laksamana Rekso Samudero akan menerima perintah langsung dari Pimpinan Tinggi Revolusi untuk mengamankan negara dan memimpin koordinasi AURI, ALRI, KKO dan Polisi Negara - Mobil Brigade dimana Armada Laut ALRI dan Pasukan sudah berada di Tanjung Priok dan Pasukan Tempur AURI terposisi di Halim PK dan Madiun serta Polisi Negara bersiap di Bogor, sementara Pasukan ADRI yang setia pada Pimpinan Tertinggi Revolusi bersiap di Cimahi dan Karawang. Pada pukul 1600 diberitakan Radiogram bahwa kendaraan Laksamana Rekso Samudero ditemukan di Cibinong tanpa penumpang, diperkirakan diculik.
3. Radiogram tanggal 11 Maret 1966 pagi datang tiga orang yang ingin bertemu dengan Pimpinan Tertinggi memaksa masuk Istana Bogor. Namun perlu kalrifikasi sehingga dikirim radiogram berikutnya menanyakan identitas 3 orang yang datang dari Jakarta. Akhirnya dipersilakhkan masuk oleh Sobur.
4. Ketiga orang tersebut membawa surat yang meminta mandat mengamankan Ibukota agar Soekarno bisa kembali ke Jakarta. Namun ditolak dikarenakan Soekarno tidak percaya akan jaminan keselamatannya. Sementara dari Pimpinan pasukan gabungan di Halim meminta ijin untuk melakukan serbuan ke Jakarta untuk mengusir pasukan tidak dikenal, namun Soekarno menahan agar Pasukan Soeharto kembali ke barak dan Soeharto mengucapkan sumpah setia.
5. Ketiga orang tersebut akhirnya kembali ke Jakarta dengan alasan akan meminta Soeharto menarik pasukannya ke barak.
6. Pada pukul 2000 dari radiogram mnyebutkan bahwa pasukan Soeharto menguasai RRI dan membcakan maklumat yang disebut sebagai Supersemar dikemudian hari. Pada pukul 2100 terjadi penyerbuan dari pasukan KKO ke RRI untuk membebaskan RRI dan RRI berhasil dikuasai.
7. Soekarno mmerintahkan Soeharto menerahkan kekuasaan Militer kepada Pasukan gabungan, namun Soeharto hanya mau menyerahkan langsung pada Soekarno di Jakarta dan Pasukan Gabungan mundur.
8. Soekarnopada tanggal 12 Maret 1966 berangkat ke Jakarta menggunakan Helikopter. Jam 1000 tiba di Istana Wisma Yasa menunggu Seoharto menyerahkan kekuasaan. Pada pukul 1100 Pasukan dipimpin Sarwo Eddie menyatakan sebagai pasukan netral mengawal dan mengamankan Isatana Wisma Yasa. Jam 1400 Soeharto datang di Istana Wisma Yasa dan bertemu Soekarno tanpa senjata. Pertemuan mengalami deadlock dan pada pukul 1500 Soeharto meninggalkan Istana Wisma Yasa dan Pasukan Sarwo Eddie diperintahkan meninggalkan Istana Wisma Yasa dan akan digantikan Pasukan Gabungan. Saat Pasukan Sarwo Eddie meninggalkan Istana Wisma Yasa secara tiba-tiba pasukan tidak dikenal menyerbu Istana Wisma Yasa dan terjadi pertempuran. Pasukan Sarwo Eddie berada posisi terjepit dan dianggap berada di pihak Soeharto. Terjadi penyaderaan seluruh penghuni Istana Wisma Yasa.
9. Pukul 1600 pesawat Mig 21 dan TU 16 berangkat dari Iswahyudi. Namun Soekarno bersedia bernegosiasi dengan Soeharto asalkan penghuni Isatana Wisma Yasa diijinkan kelauar dengan selamat. Mig 21 dan TU 16 diperintahkan mundur dan Pasukan Gabungan diperintahkan menahan diri. Pukul 1900 keluar pengumuman bahwa pasukan Soeharto dan Sarwo eddie berhasil membebaskan Soekarno dari pasukan gabungan dan saat ini berada di bawah pengamanan Pasukan yang dipimpin Soeharto.
10. Soeharto menjadi tahanan rumah di Istana Wisma Yasa,
• indmndri, di/pada Agustus 10th, 2007 pada 2:17 am Dikatakan:
Ralat
10. Soekarno menjadi tahan rumah di Istana wisma Yasa.
Sumber Bundel Arsip Radiogram yahg tersimpan di SESKOAD dan SESKOAU. Wawancara dengan pelaku sejarah-Ajudan Kehormatan Presiden dan Pimpinan CondoBirowo (Pasukan Pengawal Khusus Presiden-Menshield), salah satunya mati saat kejadian Cikini.
Next:
Bagaimana Soeharto yang merupakan anggota PKI dari Pathuk Yogya dan anak buah dan anak didik Soedirman (pimpinan PKI yang juga nantinya menjadi Jenderal Besar)menggunakan Polit Biro PKI sebagai alat untuk kambing hitam.
Bagaimana Soeharto dan Soedomo berencana membunuh Laksamana Yos Soerdarso, dimana sejatinya Laksamana Yos Soedarso dipersiapkan sebagai pengganti Soekarno.

Tidak ada komentar: